Dilema Pemangkasan Parentstock Antara Peternak dan Konsumen



Ada kabar hangat lagi di akhir 2017 ini, di awal nopember ini saya baru saja dapat informasi dari grub WA bahwa Kementan ( kementrian pertanian dan peternakan) baru saja merilis sebuah list beberapa peusahaan breeding yang akan di pangkas populasu parentstocknya, total ada 47 perusahaan, dari mulai perusahaan besar seperti CP hingga perusahaan yang bisa dibilang baru mulai berkembang seperti SIP.


Langkah ini ditempuh pemerintah guna menghindari kelebihan pasokan Doc di farm sehingga mengakibatkan harga jual live bird (ayam hidup) menjadi rendah.
Tapi langkah tersebut apakah benar efektif ? mengingat saat ini cuaca di indonesia yang tidak menentu mengakibatkan banyak farm yang gagal panen karena wabah penyakit yang menyerang,
lalu apa hubunganya pasokan Doc dengan farm yang gagal panen?
Jika di ingat lagi, tahun 2014 pemerintah juga pernah melakukan pemangkasan Doc, benar saja harga daging ayam memang stabil di pasaran, tetapi masuk 2016 harga daging ayam mulai melejit naik, terutama di hari besar tertentu seperti hari raya, harga daging ayam menggila, tercatat di Ibukota harga 1 kg daging ayam broiler bisa tembus sampai Rp.50.000, tak pelak hal ini membuat konsumen ayam broiler menjerit.
Mereka meminta pemerintah untuk menyelidiki mengapa harga ayam sampi melejit begitu tinggi.
tapi bagi peternak, harga seperti ini adalah sebuah berkah bagi mereka, setelah sekian lama mereka menanti di 2015 dan 2016 akhirnya harga ayam bisa membaik. walaupun sebagian besar dari peternak berkerjasama dengan kemitraan dan mengikuti harga kontrak. tapi setidaknya mereka masih bisa menikmati sedikit hasil dari bonus jika harga pasar lebih tinggi dari harga kontrak.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi harga daging ayam yang melonjak tinggi saat itu.
1. karena pasokan doc dipangkas pemerintah,
2. ‎hari raya dan hari besar sehingga kebutuhan daging ayam meningkat,
3. ‎farm banyak yang gagal panen karena wabah penyakit,
4. ‎adanya penimbunan karkas (daging ayam) oleh perusahaan-perusahaan besar.

Yang terahir memang sedikit sulit dijelaskan karena penimbunan karkas oleh perusahaan besar haya sekedar rumor dan belum bisa dibuktikan secara nyata.
harga yang terus menggila di tahun 2016 membuat KPPI ( Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia) membuat inveatigasi untuk mencari fakta permasalahan yang terjadi, kenapa harga ayam di pasar sampai melonjak tinggi.
Dan akhirnya KPPI menemukan fakta bahwa ada sekitar 12 perusahaan besar yang melakukan pelanggaran terkait afkir dini parentstok, KPPI menilai perusahaan perusahaan tersebut melakukan monopoli perdagangan dengan cara melakukan afkir dini parenstock diluar kesepakatan dengan pemerintah. dan berbuntut pada pelaporan KPPI ke pengadilan dan dimenangkan oleh KPPI sehingga perusahaan perusahaan yang terlapor harus membayar denda karena sudah melakukan kesalahan.

Jadi apakah pemangkasan parenstock efektif untuk menjaga harga daging ayam stabil? dan membuat peternak sejahtera? atau malah akan membuat harga ayam melonjak tinggi dan pada akhirnya konsumenlah yang akan menjerit?

Post a Comment

Previous Post Next Post